Indahnya Takdir Tuhan
“tokk tokk tokk” Suara orang mengetuk pintu
dari luar. Sabtu pagi tepatnya pikul 07.45 tampak seorang pemuda sedang
menyambangi rumah Vema yang sepi. “ehh mas Jodi, silahkan masuk mas.. kok
tumben tumbenan datang kemari? memang ada latihan teater ya?”. “nggak boleh ya
main kesini.. ya sudah aku pulang aja”. “jangan donk.. tunggu sebentar ya.. aku
buatin minum”.
Sambil menunggu Jodi melihat lihat isi
rumah Vema. “hayoo.. lagi lihatin fotonya siapa sih.. serius amat?”. “ini foto siapa
vem?”. “oh itu, itu foto mamaku, kenapa? cantik ya?”. “iya cantik, mirip sama
kamu.. hehe”.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul
10.00. “vem maaf ya aku nggak bisa berlama lama lagi.. mau ada latihan band,
besok kalau ada waktu aku main kesini lagi”. “oh gitu ya.. ya udah hati hati
pulangnya mas”.
Jodi pun segera mengendarai motornya.
Mereka sebenarnya sudah kenal lama, tapi baru akhir akhir ini saja mereka akrab
karena lebih sering bertemu di Teater. Mereka memang ikut ekstra teater di
sekolahnya, maka dari itu mereka sering bertemu.
Pagi yang indah, cahaya matahari yang tidak
begitu menyilaukan mata, suara kendaraan mulai terdengar membangunkan Vema dari
tidurnya. Seperti biasa setiap kali bangun tidur Vema melihat tudung saji yang
berada di dapur. “wahhh ada telur dadar sama sambel.. huumm yummy”.
Tanpa pikir panjang Vema pun langsung
menyantap hidangan di meja makan. Setiap hari Minggu pukul 9 pagi Vema selalu
latihan Teater di sekolahnya. Kali ini Vema begitu bersemangat untuk berangkat,
mungkin karena ada Jodi. Vema memang mulai menyukainya. Baginya Jodi itu cowok
yang dewasa, setia dan bisa di jadikan kakak pokoknya sempurna di mata Vema.
Setiap kali Vema smsan sama Jodi dia selalu dibuat tersenyum olehnya. Entah itu
gombal atau tidak tapi, rayuan, perhatian dan janji jani yang diucapkan oleh
Jodi membuat Vema semakin menyukai Jodi. Hingga pada tanggal 14 Februari pukul
19.30 Jodi datang ke rumah Vema, memang sudah direncanakan oleh mereka untuk
meresmikan hubungannya di hari Valentine.
“hai mas Jodi, kok lama sih? ini buat
kamu”.
“wah makasih ya, pasti akan aku makan
cokelatnya.. dan aku mau ngomong sesuatu sama kamu”. Memegang tangan Vema
“ya udah ngomong aja mas”.
“hehehe gak jadi ngomong dehh, aku Cuma mau
ngasih map sama coklat ini ke kamu.. kamu ikuti petunjuknya di dalam map ini
ya.. nanti kamu bakalan tau isi hati ku kok.. jangan lupa bacanya harus di
depan kaca”
“apaan nih? Aneh aneh aja. Yau dah nanti
aku buka”.
“eemmm aku pamit dulu ya Vem, ada latian
band nih udah ditunggu sama anak anak”.
“kok buru buru sih?, iya deh. hati hati
ya”.
“eeemmm muuuacchh” Mencium kening Vema
Tak di sangka Vema mendapat kecupan di
keningnya. Sungguh malam yg begitu romantis saat itu. Di bawah ribuan bintang
menambah hangat suasana. Hati Vema begitu bahagia.
Tanpa pikir panjang lagi Vema membuka isi
map sambil berdiri di depan kaca yg isinya “jangan kaget tolong di balik” Vema
membaliknya dan ternyata isinya adalah “paras seperti ini yang mampu meluluhkan
hatiku :* happy valentine aku sayang kamu” alangkah terkejutnya Vema setelah
membacanya. Air mata pun jatuh “aku juga sayang kamu Jodi.. sayaaang banget
“Dan di hari itulah mereka jadian.
Seperti biasa setiap hari minggu Jodi
selalu ke rumah Vema. Tapi kali ini berbeda, Jodi tidak ada kendaraan sehingga
terpaksa naik angkot dan Vema yang menjemputnya di depan. Disinilah
kerenggangan hubungan mereka terjadi. Ketika Jodi miminta Vema untuk
mengantarnya pulang, mereka terlibat masalah yang begitu serius. Di tengah
perjalanan pulang, Vema yang waktu itu tidak memakai helm tiba tiba
diberhentikan oleh polisi. Akhirnya mereka ditilang dan STNK Vema harus
ditahan. Terpaksa Jodi harus pulang naik angkot lagi, dengan wajah Jodi yang
marah dan kecewa terhadap Vema mewarnai kepulangan Jodi, bagaimana tidak sesaat
sebelum Vema mengantar Jodi pulang, Jodi sudah mengingatkan Vema untuk membawa
2 helm, tapi tidak didengar oleh Vema. Akhirnya setelah kejadian itu Jodi
jarang sekali menghubungi Vema. Sesekali Vema sms Jodi, hanya dibalas yang
menurutnya penting saja.
Mendapati hal itu Vema berkali kali meminta
maaf dan menyesali kejadian itu, akan tetapi Jodi masih saja marah sama Vema.
Vema pun tidak berdiam diri begitu saja. Setelah STNKnya kembali dan semua
masalah telah selesai, Jodi datang ke rumah Vema. Betapa bahagianya Vema
mengetahui hal itu, Vema langsung memeluk Jodi.
“kau kemana aja..? aku disini
merindukanmu”.
“tenang sayang.. aku tidak akan lari dari
tanggung jawab.. sekarang katakan, aku harus membayar berapa untuk
melunasinya”.
“tidak usah, kau tak perlu mengganti semua
uangku.. itu semua salahku.. dan sepantasnya aku yang harus membayar semuanya”.
“benarkah itu? Sudahlah katakan saja berapa
aku harus membayar”.
“Jodi, aku tau kebutuhanmu begitu banyak,
untuk itu aku tidak akan merepotkanmu”. jodi hanya tersenyum dan mencium kening
Vema.
Satu minggu sudah Jodi tidak pernah lagi
menghubungi Vema. Alasannya adalah, karena dia akan mengikuti UNAS, untuk itu
dia hanya fokus di ujian saja. Akan tetapi berbeda dengan apa yang dirasakan
Vema, dia merasa Jodi tidak menyayanginya lagi. Sampai pada akhirnya seorang
laki laki yang pernah menjadi masa lalu Vema menghubunginya lagi, Ovar namanya.
Hari demi hari Vema lewati bersama Ovar.
Sekarang yang ada di pikiran Vema adalah lebih baik aku berpacaran dengan Ovar
lagi dari pada di beri harapan yang tak pasti oleh Jodi, ovar sangat
menyayangiku, jika Jodi masih menyayangiku harusnya dia menghubungiku setelah
UNAS selesai, tapi sampai sekarang tidak ada satu pesan pun darinya. Yang makin
membuat hati Vema sakit adalah setiap status Jodi account Facebooknya dia
selalu membicarakan gadis lain yang entah siapa namanya. Karena sakit hati Vema
pun meremove Jodi dari facebook Vema.
“oh bagaimana ini? Semua tugas Fisikaku
belum selesai”. gerutu Vema saat sedang mengerjakan tugas tugas dari
sekolahnya. Beberapa saat kemudian, haandphone Vema berdering, ternyata ada
satu pesan yang isinya “sebenernya aku mau ngenalin dia ke kamu, tapi kamu udah
keburu salah paham. Dia sepupu aku yang dari bali, sekarang terserah kau saja”
ternyata pesan itu dari Jodi. “apa yang telah ku lakukan, hubungan kita belum
berakhir, ohhh.. ini semua salahku”.
Tiga bulan sudah hubungan Vema dan Ovar
berlanjut, namun tetap saja Vema tidak bisa melupakan Jodi, Vema masih
mencintai Jodi dia berharap Jodi akan datang kepadanya suatu hari nanti. Tapi
semua harapan itu musnah ketika Jodi memutuskan untuk melanjutkan Kuliahnya di
Malang, terlebih Jodi satu kost sama seorang perempuan, semakin membuat Vema
takut kehilangan Jodi. akan tetapi Vema tidak berhenti berharap begitu saja.
Handponenya tiba tiba berdering ternyata
dari Ovar.
“beiib di mana kamu saat aku kesepian?”.
“maaf bhiee bukannya aku tak mau
menghubungimu lagi. Tapi ini ku lakukan untuk kebaikanmu juga, aku sakit biie,
aku tak mau menularkan penyakitku ini kepadamu, kita bertemu 8 bulan lagi”.
“tidak bisakah lebih cepat lagi, kenapa
harus 8 bulan?”
“bisa biie, jika kau mau kematianku lebih
cepat lagi, kita bisa bertemu sekarang juga”.
“apakah separah itu? Sebenarnya apa
penyakitmu ini?”
“sudahlah biie, aku sayang kamu, aku tak
mau kau mengkhawatirkanku, biar ku simpan sendiri penyakitku ini”
“tapi aku juga perlu tau tentang penyakitmu
ini”
“tenang saja biie setelah 8 bulan, aku akan
sembuh dan kita akan bersama lagi”. Ovar menutup telfonnya.
Waktu terus berjalan, sunyi, sepi, hanya
itulah yang di rasakan Vema 6 bulan ini, setelah Jodi pergi meninggalkannya dan
Ovar yang tak kunjung sembuh dan tak menghubunginya lagi Vema semakin terpuruk
hidupnya, kesedihan dan kerinduan bercampur menjadi satu. Entah apa yang
dirasakan Vema saat itu, dia berjalan perlahan. Pada akhirnya dia sampai di
depan rumah Ovar, awalnya Vema tidak ingin masuk, tapi karena dia dipanggil
oleh seorang wanita cantik yang ternyata ibunya Ovar dia menoleh ke belakang.
“ibu memanggil saya?”.
“kamu Vema ya, sini nak.. ibu ingin sekali
melihatmu. Ternyata kau gadis yang sangat cantik.. Ovar sering bercerita
tentangmu”.
“ibu bisa saja.. bu bagaimana keadaan Ovar
sekarang? Apa dia sudah lebih baik?”
“apa kau belum mendengar kabar tentang
Ovar? Apa tidak ada yang memberitahumu sayang?”
“apa yang terjadi dengan Ovar buu? Aku
tidak pernah mendengar kabarnya lagi”. Vema ketakutan.
“nak.. Ovar.. diaa.. sudah meninggal 2
bulan yang lalu, maaf ibu tidak mencarimu, karena ibu pikir kau sudah
mengetahuinya sejak awal”. ibu mulai menangis
“tidak mungkin bu.. ini tidak mungkin
terjadi.. dia bilang setelah 8 bulan penyakitnya akan sembuh total.. tapi
kenapa dia meninggal?, sebenarnya penyakit apa yang dia derita?”
“apa Ovar tidak memberitahumu kalau dia
mengidap penyakit kanker darah stadium akhir.. memang semula dokter mengatakan
dia akan sembuh jika dioperasi setelah menjalani pengobatan selama 8 bulan,
tapi sayang takdir berkata lain. Dia meninggal sebelum dioperasi”
“kenapa tidak ada yang memberitahuku, aku
belum sempat mengatakan aku mencintainya bu.. apa yang harus aku lakukan
sekarang,”. Berlinang air mata
“dia hanya meninggalkan surat ini untukmu
nak.. coba kamu baca ya.. ibu belum membacanya sama sekali,”
Haii.. Vemaa, apa kabar? Bagaimana
keadaanmu sekarang? Maaf ya aku tidak menghubungimu
Jangan khawatir.. aku sekarang sudah merasa
lebih baik disini.. Tuhan menjagaku dengan baik..
Vem.. aku merindukanmu di sana. Mungkin kau
baru mendapatkan surat ini ketika aku sudah berada di sisi Tuhan, maafkan aku
yang tidak bisa memberitahumu.. aku hanya takut kau menangisi kepergianku, dan
itu hanya akan membuatku sulit untuk pergi. Apa kau juga merindukanku?
Bhiibie.. jaga dirimu baik baik ya, kita
pasti akan bertemu lagi di alam sana, satu pesanku jangan bertindak ceroboh
hehehe.. kau makhluk Tuhan yang paling indah yang pernah Tuhan kirimkan
untukku.. terimakasih atas semua waktumu untukku, aku mencintaimu..
Ovar..
“ibuu.. apa ibu tak keberatan
mengantarkanku ke peristirahatan terakhirnya?”
“ayo ikuti ibu”
Setelah kejadian itu hidup Vema semakin tak
karuan, hanya diam dan diam. Ovar sudah meninggal dan Vema sangat menyesali itu
karena dia tidak bisa melihat wajah Ovar yang terakhir kalinya. Hingga pada
suatu hari, 5 tahun kemudian. dia berjalan jalan menyusuri taman tiba tiba
“bruukkk” dia menabrak seorang cowok yang tidak asing lagi wajahnya. “maafkan
aku aku tidak sengaja”. Setelah dilihat lihat ternyata cowok itu adalah Jodi
“jodi…?”. “Vema..?” apakah ini benar kau Jodi?”. duduk di sebuah bangku taman.
“bagaimana kabarmu? Kau semakin gemuk
saja.”
“baik.. kau sendiri bagaimana? Apa kau
sudah menikah? Hehehe”
“ahh tidak, aku sama sekali belum menikah,
pacar saja aku tidak punya”.
“benarkah? Aku tidak percaya”
“percaya tidak percaya tapi itulah yang
terjadi.. aku tidak mempunyai kekasih lagi setelah berpisah denganmu”
“wahh hebat kau setia sekali, sama aku pun
begitu”.
“benarkah?, jika kau menanyakan apakah aku
masih mencintaimu sampai saat ini, jawabannya iya.. bagaimana denganmu?”
“kau pasti tau jawabannya.. kita bertemu
lagi besok malam jam 7 disini, aku akan memberimu jawabannya”
“baiklah, semoga saja tidak membuatku
kecewa.. dahhh”
“hehehe dahhh”.
Keesokan harinya mereka pun bertemu
kembali.
“hai apa kau menunggu seseorang nona?”
“iya aku menunggumu, hehehe sudah jangan
bercanda”
“baiklah, Vem apa kau masih mencintaiku?”
“iya aku mencintaimu Jodi sampai saat ini
dan untuk selamanya”
“begitu ya, tapi sayangnya aku tak mau lagi
berpacaran denganmu”
“lalu untuk apa kau menyuruhku kesini?”
“aku belum selesai bicara.. aku memang
tidak mau berpacaran denganmu lagi, tapi aku ingin kau menerima cincin ini dan
menikahlah denganku”
“apa kau serius, kau tidak berbohong kan?”
“untuk apa aku berbohong padamu?, sampai
saat ini tidak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku Vem.. aku mencintaimu
“ohhh aku mauu.. iya aku mau menikah
denganmu.. lantas kenapa kau tidak menghubungiku selama ini?”
“aku sengaja, aku ingin mengejar cita cita
ku menjadi dokter, dan aku ingin membuktikan kalau jodohku adalah kamu,
sekarang kita dipertemukan kembali. Itu berarti kita memang jodoh iya kan?”
“terimakasih Jodi, aku sangat mencintaimu”
Vema pun memeluk jodi dan menerima
pinangannya, Jodi berbalas mencium kening Vema dengan mesranya.. our happpy
ending…
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/indahnya-takdir-tuhan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar