Tulisan Ilmiah Kebudayaan Indonesia
Nama : Tulus Fitrah Maulana
Npm : 27211197
Kelas : 3EB02
Kata Pengantar
Puji dan Syukur
senantiasa kita panjatkan kepada Allah swt. Shalawat serta salam kita kirimkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, karena atas hidayah – Nyalah paper
ini dapat diselesaikan.
Saya memohon kepada bapak/ibu dosen khususnya
apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari
segi bahasanya maupun isinya, saya mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
semua pembaca demi lebih baiknya karya – karya tulis yang akan datang.
Akhir kata semoga tulisan
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Depok,
13 Januari 2014
Penulis
Pengaruh Peradaban Global
Terhadap Eksistensi Budaya Bangsa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, globalisasi
bukanlah istilah yang asing lagi bagi kita, hal tersebut seperti sudah mendarah
daging karena setiap aktivitas, makanan, pakaian dan gaya hidup kita
sudah terpengaruh oleh peradaban global. Globalisasi adalah suatu fenomena
khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan serta menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan
baru yang harus dijawab dan dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi
untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang
muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai populer sebagai ideologi
baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi
begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi
sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Jika di telisik lebih jauh di dalam kata globalisasi
mengandung suatu pengertian dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar
negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan
dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, hal yang dapat masuk bukan
hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai
budaya dan lain-lain.
Pada awalnya proses perkembangan globalisasi ditandai kemajuan
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak
globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain
dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.
Contoh sederhana bias kita lihat dari teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses
berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi
interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah, seperti
kebudayaan gotong royong, menjenguk tetangga sakit dan lain-lain akan luntur.
Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari,
seperti budaya berpakaianyang kebarat-baratan, gaya rambut yang di cat berwarna
cara berbahasa yang disadur dengan bahasa asing dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
a) Apakah sebenarnya globalisasi itu?
b) Apa saja pengaruh yang ditimbulkan peradabab global
terhadap eksistensi kebudayaan daerah di Indonesia?
c) Bagaimana upaya agar generasi muda Indonesia tidak
terlena oleh arus globalisasi yang semakin deras dan mengancam terhapusnya
budaya bangsa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan karya tulis ini adalah untuk :
a) Mengetahui apa yang dimaksud dengan globalisasi.
b) Mengetahui apa saja pengaruh negatif yang disebabkan
peradaban global terhadap eksistensi budaya lokal.
c) Mengetahui apa saja upaya yang bias dilakukan agar
budaya daerah atau lokal tetap lestari dan tidak tergerus zaman.
D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan karya tulis ini diharapkan
masyarakat Indonesia para generasi muda khususnya agar senantiasa memfilter
apapun yang diserap atau diterima dari peradaban global, karena jika dilihat
sekarang ini sudah tidak mungkin untuk menghentikan arus globalisasi tersebut
satu-satunya cara adalah dengan menyeleksi setiap budaya yang masuk dan
menyesuaikannya dengan budaya lokal agar tidak terjadi gegar budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban Global dan Budaya
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi
menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat
dielakkan. Gemuruh globalisasi yang sudah mulai terdengar sejak akhir abad ke-20,
telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap
menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan
bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan aspek kebudayaan, kebudayaan dapat
diartikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang
dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Kebudayaan juga dapat
didefinisikan melalui wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan
hasil kelakuan (Koentjaraningrat). Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat
dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada
dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran
dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan
bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian
rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari
pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan
cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam
memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang
tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh
negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi
internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang,
seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam
berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian
kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia
secara menyeluruh.
Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal
Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat,
khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat
dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga
bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya
nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di
berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan
dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Tradisional
Indonesia
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh
terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi,
Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan
budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong
dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun
yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari
tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara
ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya
yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan
daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di
televisi dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Padahal
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik
pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi
adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah
satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua
tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau
kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan
anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti
penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak
muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris
seperti OK, No problem dan Yes’,
bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini
disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion .
Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya
menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman.
Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim
dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini
dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan
kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai
dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara
berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak
muda.
Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat
ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat
merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan
teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki
berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga
terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang
tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari mancanegara pun makin
marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti
tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil
memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian
dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat
yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita
disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih
beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian
tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan
hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi
yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia.
Contohnya bisa kita lihat pada kesenian Ludruk yang
sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah
mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari
mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena
demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga
dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia
C. Upaya Untuk Mengantisipasi Globalisasi Kebudayaan
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah
kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau
budaya dapat dikatakan merugikan perkembangan
suatu kebudayaan. Dalam pengamatan yang lebih
sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani
perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan
objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan.Dalam
kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan
tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah
telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta
untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan.
Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan
dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh
nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam
pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat
mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau
natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi
sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan
rasional.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki
terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut,
maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan
pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses
estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan
bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan
bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat
keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan
para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’
dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan
perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan
menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian
tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur
formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang
bersangkutan.Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan
lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian, tantangan
yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era teknologi dan
komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada
banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun
selera.Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat
dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan
kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal
tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan
peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya
justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada
dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi
saja.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengaruh globalisasi ternyata menimbulkan banyak
pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang
terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.
Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan
di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya
menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya “Eastern
Religion and Western Though” (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya
dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan
kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah
lagi terpisah”.
Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada
lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan
asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita?
Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun
sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya
Indonesia sebagai identitas bangsa.
Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke
Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba
mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan
terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu
untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern.
Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian
adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak
dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang
merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi
masa depan anak cucu kita nantinya.
B. Saran
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa
tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
a) Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi
kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak
negative.
b) Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan
yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa
c) Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau
menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak
terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
d) Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian
budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya
e) Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi
terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak
menimbulkan pergeseran budaya
DAFTAR PUSTAKA
1) http://www.google=pengaruh
globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
2) Sapardi
Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil
dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia,
Mizan 1997
3) Adeney,
Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius
4) Koenjaraningrat.
1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
5) http://wirmanvalkinz.blogspot.com/2013/09/kumpulan-contoh-karya-ilmiah-tentang.html